Perjalanan Kasih KBKK ke Sumantobol tak Jauh dari Perbatasan Kaltim-Serawak, Malaysia (2)

0

NUN jauh sana di “ruang terdalam” kawasan pedalaman Kalimantan Timur tak jauh dari garis perbatasan Serawak, Malaysia, 17 orang anggota misi bakti kasih KBKK datang menyapa saudara-saudara sebangsa yang selama ini terlupakan, miskin dan sering tak terjangkau pelayanan kesehatan. Aneh juga, mengapa alam yang indah dan tanah yang sangat subur toh tidak mampu membuat mereka hidup sehat, makmur dan apalagi juga sejahtera.

Desa terpencil yang kami kunjungi adalah Sumantobol. Kami menempuh perjalanan dari Jakarta menuju Balikpapan dan selanjutnya ke Tarakan selama 4,5 jam penerbangan. Di sini yang terlihat adalah peta piramida yang sangat lebar di bawah dan pendek.

Sama sekali tak terlihat mata kami ada orang berusia di atas umur 60 tahun. Kalau pun ada, mungkin jumlahnya sangat sedikit. Kata orang setempat, mayoritas orang meninggal pada usia sangat muda entah karena sakit atau mengalami kecelakaan di hutan atau tenggelam kena arus sungai.

Perjalanan 13,5 jam

Sebelum sampai di Sumantobol, jarak tempuh rute Tarakan-Malinau kami lalui dengan naik speed boat 750 PK selama 4 jam. Begitu sampai di Mansalong, kami pindah naik mobil selama 1 jam. Pindah lagi menyusuri rute sungai dengan longboat 40 PK selama 4 jam melewait riam-riam sungai yang sangat berbatu dan tajam. Arusnya deras bergelombang.

Total perjalanan dari Jakarta menuju lokasi makan waktu tak kurang  13,5 jam.

Di tempat ini, semua anggota rombongan KBKK bisa berkumpul menjadi satu, karena Team 1 dan Team 2 bisa berada di lokasi yang sama.

In the middle of nowhere

Like to be in nowhere…Serasa berada di ujung dunia. Sepi, sunyi dan tiada kendaraan lalu lalang apalagi kemacetan. Sesama manusia juga tak terlihat di sepanjang rute sungai. Tahun 19080-an dulu mereka suka menyelinap masuk buru-buru ke dalam hutan, ketika ada speedboat lewat karena menyangka orang-orang yang datang ini musuh yang siap menyerang permukiman mereka.

Namun pemandangan dan panorama alamnya indah luar biasa. Air, batu, hutan, dan langit yang membiru indah. Di tempat inilah, kami rombongan KBKK mengikuti Perayaan Kamis Putih, Ibadat Jalan Salib dan Jumat Agung.

Pelayanan kesehatan kami berikan pada 280 orang, terdiri dari anak dan remaja. Mereka juga mendapatkan bingkisan sederhana berupa pakaian, tas/ransel, alat tulis, dan beberapa perlengkapan lainnya.

Makanan untuk kami telah disediakan oleh umat dan setiap keluarga membawa nasi sebakul serta 1 macam lauk. Adat istiadat d itempat ini adalah semua makanan harus diambil sebagai tanda menerima mereka sebagai saudara. Tidak boleh ditolak.

Misa setahun 2-3 kali saja

Di tempat terpencil ini Pesta Paska hanya bisa dilayani oleh seorang frater diosesan dari Keuskupan Tanjung Selor yakni Fr. Sixtus. Romo  Sunarto Pr dari Keuskupan Bandung dan sehari-hari berkarya di Paroki Lembang dikirim menjadi “misionaris domestik” temporer untuk keperluan Perayaan Pekan Suci ini.

Ekaristi di wilayah pedalaman ini hanya bisa dilayakni oleh pastur dari luar. Itu pun hanya 2-3 kali dalam setahunnya! (Bersambung)

Share.

About Author

Co-founder dan Ketua KBKK (Kelompok Bakti Kasih Kemanusiaan), dokter.

Leave A Reply